top of page
  • Writer's pictureHow To Pregnant Fast

Bisnis Quilt di Endorse

Pekerjaan yang paling menyenang di dunia adalah hobi yang dibayar, demikian disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Pernyataan ini memang ada benarnya, karena ketika kita melakukan hobi kemudian menjadikannya sebagai sumber pendapatan, kita akan mendapatkan dua kepuasan, yaitu kepuasan emosional dan kepuasan material.



Hal itulah yang dirasakan Hari Sutji, seorang pengrajin kain perca dengan teknik quilt (membuatnya dengan menyatukan tiga lapis bahan) yang berhasil mendapatkan omset puluhan juta rupiah dari hobi menjahitnya.


Hari merupakan pemilik usaha Farah Quilt (@farahquilt_collection). Ia mendirikan usaha ini sejak tahun 2008. Namun, awal mulanya, https://www.dodiatmaja.com/ Hari tidak berniat menjadikan hobinya ini sebagai sumber penghasilan, namun keluarganya paham betul apa yang menjadi potensinya.


Sejak kecil, Hari memang suka membuat kerajinan tangan. Hobinya ini berawal dari keinginannya untuk membantu sang ibu membuat sarung bantal, sejak saat itu ia mengenal mesin jahit. Semakin hari, ia semakin menikmati proses memproduksi kerajinan dari menjahit. Sampai akhirnya waktu libur kuliah ia membuat selimut pertamanya dari sisa-sisa kain milik budenya.


"Pas libur kuliah, bude saya ada sisa kain saya jadiin selimut, nggak pakai ilmu nggak pakai apa pokoknya bentuknya kotak-kotak, flanel dipaduin sama katun," ceritanya kepada CNBC Indonesia di Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) Rabu (26/22/2022).

Ternyata, selimut kain perca itu berumur lama. Selimut itu digunakan dari sejak ia kuliah, kemudian lanjut menikah hingga digunakan oleh anaknya. Setelah dipakai cukup lama, selimut tersebut turun kualitasnya. Karena tampilannya sudah tidak bagus lagi, ia meminta anaknya untuk membuang selimut tersebut. Namun, anaknya enggan membuangnya karena sudah terlalu nyaman, dan meminta dia untuk membuatkan yang baru.


"Sampai dipakai anakku udah jelek, saya bilang ini udah jelek mama buang ya, terus dia bilang pokoknya kalau mama bikin buat aku, aku mau buang, akhirnya saya bikin," lanjutnya.

Akhirnya, Hari kembali membuat selimut kain perca. Setelah jadi, selimut itu kemudian dilihat oleh suaminya yang memang seorang businessman, suaminya melihat selimut tersebut ada nilai jualnya. Sehingga kemudian selimut itu malah ditawarkan suaminya ke rekan bisnisnya yang ternyata diminati rekannya. Sampai akhirnya, permintaan terus berdatangan bahkan dari mancanegara dan Hari mulai mendapatkan uang dari hobinya tersebut.


"Pas udah jadi, terus suamiku liat karena dia businessman ya 'wah ini bisa dijual nih sini gue jualin' terus dia tawarin sama partner bisnisnya orang Filipina, dia suka terus orang itu pesan sama aku sampai punya 6 sekarang, dia custom juga," kenangnya.


Berawal dari sana Hari akhirnya menekuni hobi sekaligus usahanya ini. Ia bahkan sampai belajar teori dan pola dari kerajinan kain perca secara otodidak melalui buku. Tak jarang, buku-buku yang ia baca menggunakan Bahasa Inggris sehingga ia memiliki pengetahuan yang banyak dan luas akan pola kain perca untuk terus berkreasi.


Inilah yang membuat produk kain perca Hari banyak digemari. Pasalnya, ia menggunakan pola-pola yang jarang ditemui dan eksklusif, 1 pola 1 produk. Ia juga selektif dalam memilih bahan karena ia ingin memberikan kualitas terbaik dari karyanya.

"Aku nggak pernah buat produk polos, biasanya orang buat belakangnya polos, kalau aku belakangnya juga batik bagus jadi bisa dipakai bolak balik. Dan biasanya untuk belakang aku ngikutin karakter depannya," ujar Hari.


"Kadang orang tu nyari uniknya, aku sangat selektif banget batiknya, ini kayaknya ada 60 kain utuh aku potong-potong jadiin satu selimut," tambahnya.

Ia memulainya dengan modal Rp 10 juta untuk membeli mesin jahit dan beberapa kain, namun sekarang 1 produk bisa dibanderol dengan harga belasan hingga puluhan juta rupiah.


Meskipun harganya tergolong tinggi untuk 1 produk saja, namun, justru karena keunikan dan keeksklusifan selimut kain percanya inilah permintaan terus berdatangan. Karena memang produk hasil kerajinan memiliki segmen pasar tersendiri, apalagi produk tersebut bernilai seni tinggi.

"Yang beli kalau di Jakarta ada aja, yang saya heran tu malah yang mahal-mahal yang laku duluan biasanya," terangnya.

Untuk memperkenalkan karya-karyanya, Hari aktif mempromosikannya di sosial media. Dia bergabung dengan komunitas di sosial media yang dalam beberapa kesempatan diberikan tempat untuk melakukan promosi. Selain itu, ia juga tidak minder untuk mengenalkan karyanya ke teman-teman lamanya. Bahkan di saat pandemi, permintaan justru berdatangan dari grup-grup chatnya.


"Pas pandemi teman saya beli 3 selimut senilai Rp 21 juta. Grup itu kadang banyak kita nggak tahu siapa butuh apa, jadi kalau kita mengenalkan siapa tahu ada yang butuh. Lumayan kemarin ada yang beli selimut totalnya ada 5, terus beli tempat tissue, dompet, tas sampai ada yang pesan untuk acara kantornya," ceritanya.


Kini, ia tidak hanya memproduksi selimut kain perca. Produknya semakin beragam, mulai dari tempat tissue, dompet, tas, hingga topi yang banyak digemari anak muda.


Meskipun produk kerajinan kain percanya banyak diminati pembeli, ia mengaku jiwanya tetap jiwa seorang seniman dibandingkan seorang pengusaha. Untuk itu, banyak hasil kerajinannya yang tidak ia jual. Karya-karya yang memiliki nilai seni tinggi dan ada ceritanya tersendiri dia simpan atau sekadar dipajang di pameran. Karena Hari berharap, suatu saat nanti ia bisa mengadakan pameran tunggal yang memperlihatkan perjalanan karyanya dari waktu ke waktu.

3 views0 comments
bottom of page